Wednesday, April 22, 2015
Wednesday, April 8, 2015
Kanker Leher Rahim, Pencegahan, dan Deteksi Dini
By Puskesmas Jatinegara at 3:58 PM
1 comment
Kanker Leher Rahim, Pencegahan, dan Deteksi Dini
Anatomi
Leher rahim adalah bagian paling bawah dari rahim. Leher rahim merupakan ujung atau muara dari liang senggama atau vagina. Dapat dijelaskan juga bahwa leher rahim menghubungkan antara rahim dan vagina.
Pengertian
Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi di leher rahim. Sel-sel di leher rahim berubah sifat menjadi ganas.
Data Kasus Kanker Leher Rahim
490.000 wanita di dunia didiagnosa menderita kanker leher rahim, 240.000 diantaranya mengalami kematian. 80 % penderita berada di Negara berkembang. (WHO,2002)
Saat ini di RS Kanker Dharmais, kanker serviks menduduki peringkat ke 2 dari seluruh kanker tersering yang diderita oleh wanita.
Penyebab
Hingga saat ini kanker leher rahim diindikasikan penyebabnya karena HPV ( Human papilloma Virus ) tipe 16 dan 18. Hal ini dikarenakan karena pada penderita kanker serviks, 99 % ditemukan HPV.
Cara penularan HPV :
• Kontak seksual –> mayoritas
• Kontak non seksual ( dari ibu ke bayi saat dilahirkan, alat-alat medis yang tidak steril, toilet umum)
Faktor Risiko :
• Menikah atau melakukan kontak seksual di usia yang sangat muda (usia < 18 tahun )
• Melahirkan banyak anak
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Merokok (aktif maupun pasif)
• Riwayat menderita PMS ( Penyakit Menular Seksual )
• Infeksi HPV
• Mempunyai pasangan yang menderita : kanker serviks,kutil kelamin
• Pasangan mempunyai patner seks sebelumnya yang menderita kanker serviks
• Menderita infeksi yang lama di organ reproduksi
• Mempunyai kekebalan tubuh yang rendah (karena obat-obatan, penyakit ex. AIDS)
• Menggunakan alat kontrasepsi hormonal ( pil, suntik, implant ) dalam jangka waktu yang lama –> meningkatkan risiko 2x untuk terkena kanker leher rahim
Tanda dan Gejala :
• Pada stadium dini seringkali tak ada gejala apapun
• Perdarahan per vaginam abnormal ( perdarahan setelah hubungan seksual, perdarahan diantara periode menstruasi, jumlah darah menstruasi banyak).
• Keputihan abnormal (kuning putih, berbau)
• Low back pain (sakit di tulang belakang )
• Nyeri Cervical ( saat jari atau penis dimasukkan ke dalam vagina )
• Nyeri saat berhubungan seksual.
• Nyeri saat BAK pada keadaan yang lanjut
Tanda dan gejala jika kanker sudah dalam keadaan lanjut :
• Sulit BAK ( Buang Air Kecil ) dan mungkin gagal ginjal.
• Nyeri BAK dan kadang2 kencing darah .
• Bengkak di kaki .
• Diarrhea, atau nyeri di daerah anus atau BAB berdarah
• Mual, lemas, BB turun, nafsu makan turun, dan terasa nyeri.
• Konstipasi (sulit buang air besar)
• Lubang Abnormal di leher rahim (fistula)
• Pembesaran kelenjar limphe (kelenjar getah bening ) di leher atau ketiak.
• Penyebaran lanjut ke tulang , paru m usus atau otak memberikan tanda – tanda abnormal.
Pencegahan :
• Melakukan perilaku seks yang sehat ( menjaga kebersihan, tidak berganti-ganti pasangan)
• Melakukan deteksi dini dengan pap smear dan IVA setahun sekali bagi yang telah menikah atau telah melakukan kontak seksual.
• Melakukan vaksinasi HPV ( dapat diberikan mulai usia 9 tahun)
Deteksi Dini :
Kanker serviks dapat diobati jika ditemukan dalam stadium dini. Stadium dini dapat ditemukan dengan pemeriksaan pap smear.
Anatomi
Leher rahim adalah bagian paling bawah dari rahim. Leher rahim merupakan ujung atau muara dari liang senggama atau vagina. Dapat dijelaskan juga bahwa leher rahim menghubungkan antara rahim dan vagina.
Pengertian
Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi di leher rahim. Sel-sel di leher rahim berubah sifat menjadi ganas.
Data Kasus Kanker Leher Rahim
490.000 wanita di dunia didiagnosa menderita kanker leher rahim, 240.000 diantaranya mengalami kematian. 80 % penderita berada di Negara berkembang. (WHO,2002)
Saat ini di RS Kanker Dharmais, kanker serviks menduduki peringkat ke 2 dari seluruh kanker tersering yang diderita oleh wanita.
Penyebab
Hingga saat ini kanker leher rahim diindikasikan penyebabnya karena HPV ( Human papilloma Virus ) tipe 16 dan 18. Hal ini dikarenakan karena pada penderita kanker serviks, 99 % ditemukan HPV.
Cara penularan HPV :
• Kontak seksual –> mayoritas
• Kontak non seksual ( dari ibu ke bayi saat dilahirkan, alat-alat medis yang tidak steril, toilet umum)
Faktor Risiko :
• Menikah atau melakukan kontak seksual di usia yang sangat muda (usia < 18 tahun )
• Melahirkan banyak anak
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Merokok (aktif maupun pasif)
• Riwayat menderita PMS ( Penyakit Menular Seksual )
• Infeksi HPV
• Mempunyai pasangan yang menderita : kanker serviks,kutil kelamin
• Pasangan mempunyai patner seks sebelumnya yang menderita kanker serviks
• Menderita infeksi yang lama di organ reproduksi
• Mempunyai kekebalan tubuh yang rendah (karena obat-obatan, penyakit ex. AIDS)
• Menggunakan alat kontrasepsi hormonal ( pil, suntik, implant ) dalam jangka waktu yang lama –> meningkatkan risiko 2x untuk terkena kanker leher rahim
Tanda dan Gejala :
• Pada stadium dini seringkali tak ada gejala apapun
• Perdarahan per vaginam abnormal ( perdarahan setelah hubungan seksual, perdarahan diantara periode menstruasi, jumlah darah menstruasi banyak).
• Keputihan abnormal (kuning putih, berbau)
• Low back pain (sakit di tulang belakang )
• Nyeri Cervical ( saat jari atau penis dimasukkan ke dalam vagina )
• Nyeri saat berhubungan seksual.
• Nyeri saat BAK pada keadaan yang lanjut
Tanda dan gejala jika kanker sudah dalam keadaan lanjut :
• Sulit BAK ( Buang Air Kecil ) dan mungkin gagal ginjal.
• Nyeri BAK dan kadang2 kencing darah .
• Bengkak di kaki .
• Diarrhea, atau nyeri di daerah anus atau BAB berdarah
• Mual, lemas, BB turun, nafsu makan turun, dan terasa nyeri.
• Konstipasi (sulit buang air besar)
• Lubang Abnormal di leher rahim (fistula)
• Pembesaran kelenjar limphe (kelenjar getah bening ) di leher atau ketiak.
• Penyebaran lanjut ke tulang , paru m usus atau otak memberikan tanda – tanda abnormal.
Pencegahan :
• Melakukan perilaku seks yang sehat ( menjaga kebersihan, tidak berganti-ganti pasangan)
• Melakukan deteksi dini dengan pap smear dan IVA setahun sekali bagi yang telah menikah atau telah melakukan kontak seksual.
• Melakukan vaksinasi HPV ( dapat diberikan mulai usia 9 tahun)
Deteksi Dini :
Kanker serviks dapat diobati jika ditemukan dalam stadium dini. Stadium dini dapat ditemukan dengan pemeriksaan pap smear.
ROKOK DAN KANKER PARU
By Puskesmas Jatinegara at 2:50 PM
1 comment
Rokok dan Kanker Paru
Disampaikan oleh dr. Arief Hanafi, SpP
PKRS ( Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit ), 23 September 2013
Kanker paru merupakan keganasan yang terjadi pada sel di paru-paru. Berdasarkan data dari registrasi kanker RS Kanker Dharmais selama tahun 2003-2007 kanker paru-paru menduduki peringkat kedua kanker yang menyerang laki-laki dan merupakan penyebab kematian pertama akibat kanker pada laki-laki.
Kanker paru paling banyak ditemukan pada usia 40-65 tahun dimana penderita laki-laki 2,5 x lebih banyak dibandingkan perempuan. Mayoritas penderita kanker paru ditemukan dalam keadaan stadium lanjut dan jenis terbanyaknya adalah NSCL ( Non Small Cell Lung ) Adenokarsinoma.
Penderita kanker paru mempunyai waktu untuk bertahan hidup ( survival ) yang tidak lama. Masa survival penderita rata-rata hanya 21 bulan. Hal ini dapat disebabkan karena kanker ditemukan dalam stadium lanjut dan sifat sel kanker paru relative sulit diterapi. Jika penderita mendapatkan pengobatan atau diterapi, rata-rata masa hidup pasien hanya 26 bulan. Sedangkan jika tidak diobati hanya 10 bulan.
Pengaruh Rokok
Rokok dapat dikatakan sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Berdasarkan survey, 93 % penderita kanker paru adalah laki-laki perokok dan 28,1 % pada laki-laki bukan perokok. Sedangkan kanker paru pada perempuan justru ditemukan 71,9 % pada perempuan yang tidak merokok dan hanya 7 % ditemukan pada perempuan perokok. Berbagai jenis rokok baik kretek, filter, putih, maupun campuran, mempunyai efek buruk yang sama dan dapat menjadi faktor risiko untuk terkena kanker paru. Perokok aktif dan pasif mempunyai mempunyai risiko yang sama untuk terkena kanker paru dan penyakit lain akibat rokok.
Disampaikan oleh dr. Arief Hanafi, SpP
PKRS ( Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit ), 23 September 2013
Kanker paru merupakan keganasan yang terjadi pada sel di paru-paru. Berdasarkan data dari registrasi kanker RS Kanker Dharmais selama tahun 2003-2007 kanker paru-paru menduduki peringkat kedua kanker yang menyerang laki-laki dan merupakan penyebab kematian pertama akibat kanker pada laki-laki.
Kanker paru paling banyak ditemukan pada usia 40-65 tahun dimana penderita laki-laki 2,5 x lebih banyak dibandingkan perempuan. Mayoritas penderita kanker paru ditemukan dalam keadaan stadium lanjut dan jenis terbanyaknya adalah NSCL ( Non Small Cell Lung ) Adenokarsinoma.
Penderita kanker paru mempunyai waktu untuk bertahan hidup ( survival ) yang tidak lama. Masa survival penderita rata-rata hanya 21 bulan. Hal ini dapat disebabkan karena kanker ditemukan dalam stadium lanjut dan sifat sel kanker paru relative sulit diterapi. Jika penderita mendapatkan pengobatan atau diterapi, rata-rata masa hidup pasien hanya 26 bulan. Sedangkan jika tidak diobati hanya 10 bulan.
Pengaruh Rokok
Rokok dapat dikatakan sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Berdasarkan survey, 93 % penderita kanker paru adalah laki-laki perokok dan 28,1 % pada laki-laki bukan perokok. Sedangkan kanker paru pada perempuan justru ditemukan 71,9 % pada perempuan yang tidak merokok dan hanya 7 % ditemukan pada perempuan perokok. Berbagai jenis rokok baik kretek, filter, putih, maupun campuran, mempunyai efek buruk yang sama dan dapat menjadi faktor risiko untuk terkena kanker paru. Perokok aktif dan pasif mempunyai mempunyai risiko yang sama untuk terkena kanker paru dan penyakit lain akibat rokok.
Tuesday, April 7, 2015
MASALAH GIZI GANDA
By Puskesmas Jatinegara at 9:32 AM
1 comment
masalah gizi ganda
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gizi adalah
suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat
gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif.
Saat ini didalam era globalisasi dimana terjadinya perubahan gaya hidup dan
pola makan, indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Disatu pihak masalah gizi
kurang yag pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi.
Selain itu masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,
2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan
perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan
maraknya budaya makanan asing yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping
itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat
tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin
banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebh berupa
kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2009)
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya
diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika di sertai dengan
lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang siknifikan pada
permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya
kesehatan (Gibney dkk, 2008).
Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun 1996/1997 menunjukan
prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9%
dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak
dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner,
diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almtsier, 2009).
B.
Rumusan
Masalah
Didalam makalah ini akan kami bahas tentang pengertian gizi buruk dan gizi lebih
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C.
Tujuan
dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan
penulisan dan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud Masalah gizi ganda, seperti
gizi kurang/buruk pada masyarakat. Dan mudah-mudahan pembahasan ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen pembimbing.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian gizi buruk
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan
sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan
makanan, pemilihan jenis makan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain
seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi
dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi
dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang
dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya
berada dibawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa proein,
karbohidrat, dan kalori. Diindonesia, kasus KEP (kekurangan energi protein)
adalah salah satu masalah gizi utama banyak dijumpai pada balita.
1) Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
1.
Tidak
tersedianya makanan secara adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial
ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik
maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan
sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan
negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi
dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi
buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin
kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
2.
Anak tidak
cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu
Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan
berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup
mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam
folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik
dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya
yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
3.
Pola makan yang
salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian
banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi
buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini
diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang
diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan,
mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun
sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan
berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi
buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja
di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita
gizi buruk.
2)
Tanda dan
gejala gizi buruk pada umumnya
Gizi buruk
dapat mempengaruhi fisik dan mental. Semakin berat konsdisi gizi buruk yang
diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko
terjadinya masalah kesehatan fisik. Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi
kasus seperti marasmus(lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi,
kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi iodium, kebutaan dan resiko
terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat kekurangan vitamin A, sulit
untuk berkonsentrasi akibat dari kekurangan zat besi.
Tanda dan
gejala gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi.
Walaupun demikian, gejala umum gizi buruk adalah :
a)
Kelelahan dan keurangan energi
b)
Pusing
c)
Sistem kekebalan tubuh yang rendah (
yang mengaibatkan kesulitan untuk melawan infeksi).
d)
Kulit yang kering dan bersisik.
e)
Gusi bengkak dan berdarah
f)
Gigi yang membusuk
g)
Sulit untuk berkonsentrasi dan
berpikir lambat
h)
BB kurang
i)
Pertumbuhan lambat
j)
Kelemahan pada otot, tulang mudah
patah.
k)
Perut kembung
l)
Terdapat banyak masalah pada organ
tubuh.
3)
Penanganan
gizi buruk
1.
Memeriksa tinggi badan untuk
mentukan BMI (body mass index)
2.
Melakukan pemeriksaan darah untuk
melihat ketidaknormalan.
3.
Melakukan pemeriksaan X-ray untuk
memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain.
4.
Memeriksa penyakit tau kondisi lain
yang dapat menyebabkan gizi buruk.
Untuk
penangan gizi buruk biasanya dokter atau ahli gizi biasanya kan mengusulkan
untuk pengaturan pola makan yang teratur termasuk jenis dan jumlah makanan.
Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu
memnuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi
buruk karena penyakit atau kondisi medis
tertentu maka terapi lain disarankan untuk menaganinya.
B. Pengertian gizi lebih
Gizi
lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan
pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula
yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan
energi yang positif ini. selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan
meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney et al,2008).
v Faktor penyebab gizi
lebih :
1. Efek toksis yang membahayakan
2. Kelebihan energy
3. Kurang gerak
4. Kemajuan ekonomi
5. Kurang pengetahuan akan gizi seimbang
6. Aktivitas fisik golongan masyarakat
rendah
7. Tekanan hidup/ stress.
v Akibat Kelebihan Gizi :
1. Obesitas/ kegemukan. Energy disimpan
dalam bentuk lemak.
2. Penyakit degenerative: hipertensi,
diabetes, jantung koroner hepatitis, empedu.
3. Usia harapan hidup semakin menurun.
Obesitas
dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi
klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan
penggunaanya.
1.
Obesitas
Obesitas
adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih
dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa.
Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi
yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan.
Penyebab
gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi
energi, dan pengeluaran energi.
a.
Faktor
Keturunan
Angka-angka
yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan
keseimbangan energi adalah sebagai berikut:
1) Bila
bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.
2) Bila
bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.
3) Bila
bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Rumah Sakit
Dr.Cipto Mangunkusumi,2003).
Kadang-kadang
sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan,
karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru
kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto
Mangunkusumo, 2003).
b.
Konsumsi
Energi.
Konsumsi
energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa
menyebabkan kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat
perhatian. Frekuensi dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap
keseimbangan energi. Makan sering secara teratur dalam porsi kecil tidak mudah
menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan dalam jumlah banyak secara
tidak teratur atau melewati waktu makan.
c.
Pengeluaran
Energi
Pengeluaran
energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-anak.
Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan
aktivitas menurun.
2.
Overweight
Overweight
lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal.
Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa
berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari
kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih
daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih
berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya
berasal dari otot.
Faktor
yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu,
hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas
sentral adalah pola makan yaitu asupan karbohidrat yang berlebihan.
1). Pola Makan
Konsumsi
makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan
menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan
kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam
bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Di tambah
kebiasaan yang tidak benar sehingga memacu seseorang dapat menjadi gemuk.
Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan kecil yang penuh kalori
atau sering di beri istilah “ngemil”.
2).
Karakteristik
individu
Karakteristik
individu secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya obesitas yaitu umur,
jenis kelamin, faktor sosial bidaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan,
pekerjaan dan tingkat pendapat.
a.
Umur
Presentasi
lemak tubuh meningkat dengan meningkatnya umur, biasanya mulai umur 20-30 tahun
(Harjadi, 1986). Bila dibiarkan usia 45-60 tahun sering menjadi usia kritis,
karena pada usia ini penyakit-penyakit seperti jantung, Diabetes Melitus dan
lainnya mulai menggerogoti tubuh terutama pada orang-orang yang obesitas
(Wirakusumah, 1994).
b.
Faktor
sosial Budaya
Kebudayaan
suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap apa dan bagaimana penduduk makan atau dengan kata lain pola
kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini terlihat dari
adanya beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai lebih dalam
masyarakat dan bila seseorang mengkonsumsi makanan tesebut maka akan
meningkatkan prestisenya dalam masyarakat. Dimana terkadang makanan tersebut
kurang mengandung nilai gizi atau mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung
berlebihan yaitu protein dan lemak yang tinggi yang akan mempengaruhi
terjadinya obesitas (Irawati, 2000).
c.
Tingkat
Pendidikan dan Pengetahuan
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas makanan karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi makanan
yang lebih baik. sering masalah gizi timbul disebabkan karena ketidaktahuan
atau kurangnya informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1997).
d.
Pekerjaan
Pekerjaan
merupakan salah satu faktor yang tidak langsung dapat menyebebkan obesitas
terutama pekerjaan yang tidak memerlukan aktivitas fisik yang berat. Aktivitas
fisik diperlukan untuk membakar energi di dalam lemak tubuh. Apabila pemasukan
energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan
seseorang menjadi gemuk (Mursito, 2003).
e.
Tingkat
Pendapatan.
Tingkat
pendapatan sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi. Seseorang yang
mempunyai pendapatan perbulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi
pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis
makanan.
3).
Penanggulangan Masalah Gizi Lebih
Masalah gizi lebih disebabkan oleh
kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi.
Penanggulangannya antara lain :
1. Menyeimbangkan
masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan
fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.
2. Membatasi
konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
3. Penyuluhan
ke masyarakat luas.
4. Peningkatan
teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga
makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan
yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (Almatsier,2009).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Gizi
buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini
disebabkan karena kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makan yang tidak
tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang
menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk
ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang
tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan.
Gizi lebih terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Gizi lebih
dibagi menjadi dua golongan yaitu overweight dan obesitas. Obesitas adalah
kelebihan berat badan yang berasal dari lemak sedangkan overweight lebih
mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal.
Prevalensi obesitas berkaitan dengan interaksi faktor lingkungan seperti asupan
energi, aktifitas fisik, faktor genetik serta umur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya
obesitas adalah pola makan, karakteristik individu, hereditas, psikologi,
aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola
makan yaitu asupan karbohidrat yang berlebihan. Penelitian terhadap wanita
dewasa umur 30-50 tahun yang tinggal di Nagari Pauh dan Durian tinggi. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang paling berhubungan dengan
kejadian obesitas sentral adalah asupan karbohidrat.
B.
SARAN
PERBAIKAN GIZI GANDA
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa
gizi ganda sangatlah berbahaya dan akan menjadi masalah utama bagi negara
berkembang seperti indonesia. Yaitu
adanya gizi kurang dan berakibat menurunnya derajat kesehatan. Dan masalah gizi
kurang belum selesai telah datang lagi masalah gizi lebih yang mengakibatkan
berbagai penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi dan berbagai penyakit
degeneratif lainnnya. Hal ini disebabkan karena akibat dari pola hidup dan pola
makan yang tidak seimbang.
Maka diharapkan kepada masyarakat
agar menjaga kesehatannya baik dari pola hidup seperti pola konsumsi makanan
maupun cara mengatur makanan, dan bagi yang obesitas diet secara yang sehat,
dan olah raga teratur,