• STRUKTUR ORGANISASI TAHUN 2017

    PUSKESMAS KECAMATAN JATINEGARA.

  • JADWAL DAN JENIS LAYANAN

    PUSKESMAS KECAMATAN JATINEGARA.

  • CAPACITY BUILDING HOTEL LORIN SENTUL 2017

    PUSKESMAS KECAMATAN JATINEGARA.

  • PELATIHAN SECURITY

    PUSKESMAS KECAMATAN JATINEGARA.

  • SOSIALISASI IMUNISASI CAMPAK RUBELLA

    PUSKESMAS KECAMATAN JATINEGARA.

Wednesday, April 22, 2015

PUSKESMAS KEC.JATINEGARA "TELECONFERENCE 2015"













































































































Wednesday, April 8, 2015

Kanker Leher Rahim, Pencegahan, dan Deteksi Dini

Kanker Leher Rahim, Pencegahan, dan Deteksi Dini
Anatomi
Leher rahim adalah bagian paling bawah dari rahim. Leher rahim merupakan ujung atau muara dari liang senggama atau vagina. Dapat dijelaskan juga bahwa leher rahim menghubungkan antara rahim dan vagina.
Pengertian
Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi di leher rahim. Sel-sel di leher rahim berubah sifat menjadi ganas.

Data Kasus Kanker Leher Rahim
490.000 wanita di dunia didiagnosa menderita kanker leher rahim, 240.000 diantaranya mengalami kematian. 80 % penderita berada di Negara berkembang. (WHO,2002)
Saat ini di RS Kanker Dharmais, kanker serviks menduduki peringkat ke 2 dari seluruh kanker tersering yang diderita oleh wanita.

Penyebab
Hingga saat ini kanker leher rahim diindikasikan penyebabnya karena HPV ( Human papilloma Virus ) tipe 16 dan 18. Hal ini dikarenakan karena pada penderita kanker serviks, 99 % ditemukan HPV.
Cara penularan HPV :
•    Kontak seksual  –> mayoritas
•    Kontak non seksual ( dari ibu ke bayi saat dilahirkan, alat-alat medis yang tidak steril, toilet umum)

Faktor Risiko :
•    Menikah atau melakukan kontak seksual di usia yang sangat muda (usia < 18 tahun )
•    Melahirkan banyak anak
•    Berganti-ganti pasangan seksual
•    Merokok (aktif maupun pasif)
•    Riwayat menderita PMS ( Penyakit Menular Seksual )
•    Infeksi HPV
•    Mempunyai pasangan yang menderita : kanker serviks,kutil kelamin
•    Pasangan mempunyai patner seks sebelumnya yang menderita kanker serviks
•    Menderita infeksi yang lama di organ reproduksi
•    Mempunyai kekebalan tubuh yang rendah (karena obat-obatan, penyakit ex. AIDS)
•    Menggunakan alat kontrasepsi hormonal ( pil, suntik, implant ) dalam jangka waktu yang lama –>  meningkatkan risiko 2x untuk terkena kanker leher rahim

Tanda dan Gejala :
•    Pada stadium dini seringkali tak ada gejala apapun
•    Perdarahan per vaginam abnormal ( perdarahan setelah hubungan seksual, perdarahan diantara periode menstruasi, jumlah darah menstruasi banyak).
•     Keputihan abnormal (kuning putih, berbau)
•     Low back pain (sakit di tulang belakang )
•     Nyeri Cervical  ( saat jari atau penis dimasukkan ke dalam vagina )
•     Nyeri saat berhubungan seksual.
•     Nyeri saat BAK pada keadaan yang lanjut

 Tanda dan gejala jika kanker sudah dalam keadaan lanjut :
•    Sulit BAK ( Buang Air Kecil ) dan mungkin gagal ginjal.
•     Nyeri BAK dan kadang2 kencing darah .
•     Bengkak di kaki .
•     Diarrhea, atau nyeri di daerah anus atau BAB berdarah
•     Mual, lemas, BB turun, nafsu makan turun, dan terasa nyeri.
•     Konstipasi (sulit buang air besar)
•     Lubang Abnormal di leher rahim (fistula)
•     Pembesaran kelenjar limphe (kelenjar getah bening ) di leher atau ketiak.
•     Penyebaran lanjut ke tulang , paru m usus atau otak memberikan tanda – tanda abnormal.

Pencegahan :
•    Melakukan perilaku seks yang sehat ( menjaga kebersihan, tidak berganti-ganti pasangan)
•    Melakukan deteksi dini dengan pap smear dan IVA setahun sekali bagi yang telah menikah atau telah melakukan kontak seksual.
•    Melakukan vaksinasi HPV ( dapat diberikan mulai usia 9 tahun)

Deteksi Dini :
Kanker serviks dapat diobati jika ditemukan dalam stadium dini. Stadium dini dapat ditemukan dengan pemeriksaan pap smear.

ROKOK DAN KANKER PARU

Rokok dan Kanker Paru
Disampaikan oleh dr. Arief Hanafi, SpP
PKRS ( Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit ), 23 September 2013

Kanker paru merupakan keganasan yang terjadi pada sel di paru-paru. Berdasarkan data dari registrasi kanker RS Kanker Dharmais selama tahun 2003-2007 kanker paru-paru  menduduki peringkat kedua kanker yang menyerang laki-laki dan merupakan penyebab kematian pertama akibat kanker pada laki-laki.
Kanker paru paling  banyak ditemukan pada usia 40-65 tahun dimana penderita laki-laki 2,5 x lebih banyak dibandingkan perempuan. Mayoritas penderita kanker paru ditemukan dalam keadaan stadium lanjut dan jenis terbanyaknya adalah NSCL ( Non Small Cell Lung ) Adenokarsinoma.
Penderita kanker paru mempunyai waktu untuk bertahan  hidup ( survival ) yang tidak lama. Masa survival penderita rata-rata hanya 21 bulan. Hal ini dapat disebabkan karena kanker ditemukan dalam stadium lanjut dan sifat sel kanker paru relative sulit diterapi. Jika penderita mendapatkan pengobatan atau diterapi, rata-rata masa hidup pasien hanya 26 bulan. Sedangkan jika tidak diobati hanya 10 bulan.
Pengaruh Rokok 
Rokok dapat dikatakan sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Berdasarkan survey, 93 % penderita kanker paru adalah laki-laki perokok dan 28,1 % pada laki-laki bukan perokok. Sedangkan kanker paru pada perempuan justru ditemukan 71,9 % pada perempuan yang tidak merokok dan hanya 7 % ditemukan pada perempuan perokok.  Berbagai jenis rokok baik kretek, filter, putih, maupun campuran, mempunyai efek buruk yang sama dan dapat menjadi faktor risiko untuk terkena kanker paru. Perokok aktif dan pasif mempunyai mempunyai risiko yang sama untuk terkena kanker paru dan penyakit lain akibat rokok.

Tuesday, April 7, 2015

MASALAH GIZI GANDA

masalah gizi ganda



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Saat ini didalam era globalisasi dimana terjadinya perubahan gaya hidup dan pola makan, indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Disatu pihak masalah gizi kurang yag pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi.
Selain itu masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul, 2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya  budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebh berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2009)
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight  dan obesitas khususnya jika di sertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang siknifikan pada permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney dkk, 2008).
Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun 1996/1997 menunjukan prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almtsier, 2009).
B.     Rumusan Masalah
Didalam makalah ini akan kami bahas tentang pengertian gizi buruk dan gizi lebih faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C.    Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan dan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud Masalah gizi ganda, seperti gizi kurang/buruk pada masyarakat. Dan mudah-mudahan pembahasan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen pembimbing.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian gizi buruk
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada dibawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa proein, karbohidrat, dan kalori. Diindonesia, kasus KEP (kekurangan energi protein) adalah salah satu masalah gizi utama banyak dijumpai pada balita.
1)      Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
1.      Tidak tersedianya makanan secara adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
2.      Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
3.      Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.
2)      Tanda dan gejala gizi buruk pada umumnya
Gizi buruk dapat mempengaruhi fisik dan mental. Semakin berat konsdisi gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko terjadinya masalah kesehatan fisik. Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus(lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi iodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat kekurangan vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat dari kekurangan zat besi.
Tanda dan gejala gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum gizi buruk adalah :
a)      Kelelahan dan keurangan energi
b)      Pusing
c)      Sistem kekebalan tubuh yang rendah ( yang mengaibatkan kesulitan untuk melawan infeksi).
d)     Kulit yang kering dan bersisik.
e)      Gusi bengkak dan berdarah
f)       Gigi yang membusuk
g)      Sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir lambat
h)      BB kurang
i)        Pertumbuhan lambat
j)        Kelemahan pada otot, tulang mudah patah.
k)      Perut kembung
l)        Terdapat banyak masalah pada organ tubuh.
3)      Penanganan gizi buruk
1.      Memeriksa tinggi badan untuk mentukan BMI (body mass index)
2.      Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan.
3.      Melakukan pemeriksaan X-ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain.
4.      Memeriksa penyakit tau kondisi lain yang dapat menyebabkan gizi buruk.
Untuk penangan gizi buruk biasanya dokter atau ahli gizi biasanya kan mengusulkan untuk pengaturan pola makan yang teratur termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memnuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk  karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka terapi lain disarankan untuk menaganinya.
B.     Pengertian gizi lebih
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney et al,2008).
v  Faktor penyebab gizi lebih :
1. Efek toksis yang membahayakan
2. Kelebihan energy
3. Kurang gerak
4. Kemajuan ekonomi
5. Kurang pengetahuan akan gizi seimbang
6. Aktivitas fisik golongan masyarakat rendah
7. Tekanan hidup/ stress.
v  Akibat Kelebihan Gizi :
1. Obesitas/ kegemukan. Energy disimpan dalam bentuk lemak.
2. Penyakit degenerative: hipertensi, diabetes, jantung koroner hepatitis, empedu.
3. Usia harapan hidup semakin menurun.
Obesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya. 
1.      Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan.
Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.
a.      Faktor Keturunan
Angka-angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi adalah sebagai berikut:
1)      Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.
2)      Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.
3)      Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumi,2003).
Kadang-kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan, karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo, 2003).
b.      Konsumsi Energi.
Konsumsi energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian. Frekuensi dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Makan sering secara teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.
c.       Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-anak. Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan aktivitas menurun.
2.      Overweight
Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal. Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya berasal dari otot.
Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu, hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu asupan karbohidrat yang berlebihan.
1). Pola Makan
Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Di tambah kebiasaan yang tidak benar sehingga memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan kecil yang penuh kalori atau sering di beri istilah “ngemil”.
2).  Karakteristik individu
Karakteristik individu secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya obesitas yaitu umur, jenis kelamin, faktor sosial bidaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan, pekerjaan dan tingkat pendapat.
a.      Umur
Presentasi lemak tubuh meningkat dengan meningkatnya umur, biasanya mulai umur 20-30 tahun (Harjadi, 1986). Bila dibiarkan usia 45-60 tahun sering menjadi usia kritis, karena pada usia ini penyakit-penyakit seperti jantung, Diabetes Melitus dan lainnya mulai menggerogoti tubuh terutama pada orang-orang yang obesitas (Wirakusumah, 1994).
b.      Faktor sosial Budaya
Kebudayaan suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa dan bagaimana penduduk makan atau dengan kata lain pola kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini terlihat dari adanya beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai lebih dalam masyarakat dan bila seseorang mengkonsumsi makanan tesebut maka akan meningkatkan prestisenya dalam masyarakat. Dimana terkadang makanan tersebut kurang mengandung nilai gizi atau mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung berlebihan yaitu protein dan lemak yang tinggi yang akan mempengaruhi terjadinya obesitas (Irawati, 2000).
c.       Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik. sering masalah gizi timbul disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1997).
d.      Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang tidak langsung dapat menyebebkan obesitas terutama pekerjaan yang tidak memerlukan aktivitas fisik yang berat. Aktivitas fisik diperlukan untuk membakar energi di dalam lemak tubuh. Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang menjadi gemuk (Mursito, 2003).
e.       Tingkat Pendapatan.
Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi. Seseorang yang mempunyai pendapatan perbulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan.
3). Penanggulangan Masalah Gizi Lebih
Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi. Penanggulangannya antara lain :
1.      Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.
2.      Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
3.      Penyuluhan ke masyarakat luas.
4.      Peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (Almatsier,2009).
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Gizi lebih dibagi menjadi dua golongan yaitu overweight dan obesitas. Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak sedangkan overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal. Prevalensi obesitas berkaitan dengan interaksi faktor lingkungan seperti asupan energi, aktifitas fisik, faktor genetik serta umur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu, hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu asupan karbohidrat yang berlebihan. Penelitian terhadap wanita dewasa umur 30-50 tahun yang tinggal di Nagari Pauh dan Durian tinggi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah asupan karbohidrat.
B.     SARAN PERBAIKAN GIZI GANDA
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa gizi ganda sangatlah berbahaya dan akan menjadi masalah utama bagi negara berkembang seperti indonesia.  Yaitu adanya gizi kurang dan berakibat menurunnya derajat kesehatan. Dan masalah gizi kurang belum selesai telah datang lagi masalah gizi lebih yang mengakibatkan berbagai penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi dan berbagai penyakit degeneratif lainnnya. Hal ini disebabkan karena akibat dari pola hidup dan pola makan yang tidak seimbang.
Maka diharapkan kepada masyarakat agar menjaga kesehatannya baik dari pola hidup seperti pola konsumsi makanan maupun cara mengatur makanan, dan bagi yang obesitas diet secara yang sehat, dan olah raga teratur,

Thursday, April 2, 2015

CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR menurut WHO


Friday, March 20, 2015

CARA DAFTAR BPJS ONLINE


GEJALA PENYAKIT JANTUNG